SEJARAH BERDIRINYA GPIB JEMAAT HOREB DI DKI JAKARTA

I. PRAKATA

” JIKA BUKAN TUHAN MEMBANGUN RUMAH, SIA-SIALAH ORANG YANG MEMBANGUNNYA : JIKALAU BUKAN TUHAN YANG MENGAWAL KOTA, SIA -SIALAH PENGAWAL BERJAGA-JAGA (Maz 127 : 1)”.

Ayat bacaan Alkitab tersebut di atas, merupakan pengakuan yang tulus dan sungguh-sungguh dari  para  pelaku sejarah GPIB “Kramat Jati” di Kramat Jati sesuai dengan Surat Keputusan Majelis Sinode GPIB Nomor 234/70/MS.IX tanggal 14 Pebruari 1970 yang dalam  perjalanannya kemudian ditetapkan menjadi Jemaat GPIB “HOREB” di DKI Jakarta, sekaligus mampu membangun Gedung Gereja yang diberi nama “HOREB”.

Ayat ini pulalah yang paling tepat untuk meng-ilustrasikan dan menggungkapkan nilai-nilai dari sejarah berdirinya GPIB Jemaat “HOREB” di DKI Jakarta selama tiga dasa warsa lebih.

Cita-cita untuk mewujudkan Jemaat yang mandiri/-otonom, benar-benar telah digumuli bersamaNya lewat perjuangan yang tak henti-hentinya dalam meng-hadapi berbagai tantangan yang tidak ringan, tetapi berkat semangat kebersamaan yang tingi dari seluruh anggota jemaat, besar-kecil, tua-muda, laki-perempuan telah bersatu, menyatu padu yang pada akhirnya telah menjadi kenyataan dan jerih payah para pelaku Sejarah GPIB “HOREB” di DKI Jakrta telah diperkenankan dan dberkati Allah dalam Yesus Kristus yang adalah Kepala Gereja itu.

 

II.KETIKA BENIH MULAI DI TABUR

Tahun 1952 yang dikenang sebagai pra sejarah berdirinya GPIB Jemaat “HOREB” di DKI Jakarta, yang berawal dengan terbentuknya suatu persekutuan orang-orang percaya yang berdomisili di daerah Kramatjati dan sekitarnya, yang dipelopori oleh sebagian besar anggota TNI-AD dari Batalyon 324/3 Mei tentu saja yang menganut agama Kristen Protestan, yang berhasil mewujudkan satu persekutuan Oikumene dan karenanya harus dilayani oleh Dinas Rohani Protestan Angkatan Darat dimana secara taktis di bawah tanggung-jawab Pelayanan Rohani Protestan Komando Militer Kota Besar Jakarta Raya ( ROH PROT KMKBDR ) dan pada waktu itu dibawah pimpinan Kolonel pendeta Hendrik Frederik Mamesah (alm).

Semula tempat Ibadah dipusatkan di Aula Asrama Bn. 324/3 Mei Cililitan II (sekarang asrama Kodim 0505). Tidaklah berkelebihan kiranya, jikalau dikatakan bahwa persekutuan Jemaat Oikumene ini di prakarsai oleh beberapa orang anggota Bn. 324/3 Mei, antara lain:

* Bapak John Prang (alm)

* Bapak Johanes Kalengkongan Wullur (alm)

* Bapak Junus Undap (alm)

Persekutuan Jemaat Oikumene ini ternyata berkembang terus sehingga meliputi daerah Halim Perdana Kusuma, pasar Rebo dan Cijantung yang kelak menjadi cikal bakal dari GPIB Jemaat “HOREB” di DKI Jakarta. Ketika persekutuan Jemaat Oikumene ini di tengah melaksanakan berbagai aktivitas pelayanannya, terjadilah musibah kebakaran di asrama Bn. 324/3 Mei pada sekitar bulan Agustus 1959, yang menghabiskan 8 (delapan) buah barak A – H yang merupakan tempat kediaman anggota dan keluarganya. Beberapa hari kemudian Bapak Jenderal Gatot Subroto datang meninjau keadaan dari asrama Bn. 324/3 Mei Cililitan II segera di tata ulang dan di bangun kembali seluruh barak yang ada dengan type yang sama/seragam. Jadi hanya 8 barak yang terbakar saja yang perlu dibangun kembali.

Oleh karena tempat ibadah dari persekutuan Jemaat Oikumene yang semula dilaksanakan di Aula Asrama Bn. 324/3 Mei Cililitan II selama kurun waktu 7 tahun ( 1952-1959 ) telah digunakan untuk tempat penampungan korban kebakaran, maka praktis tempat ibadah harus di alihkan ketempat lain mengingat pemeliharaan iman rohani dari anggota Persekutuan Jemaat Oikumene Bn. 324/3 Mei harus tetap terpelihara dengan baik, sekali pun hanya mendapat sebuah ruangan bekas dapur umum. Disekitar bulan September 1959 ruangan bekas dapur umum terpaksa dijadikan tempat untuk beribadah dari persekutuan Jemaat Oikumene dalam keadaan darurat.

Selang beberapa waktu kemudiaan, atas izin Komandan Bn. 324/3 Mei tempat ibadah dipindahkan ke bagian depan asrama di bekas Kantor Seksi I dan IV. Ternyata keberlangsungan Persekutuan Jemaat Oikumene ini mengalami kendala dan hambatan yang serius, lebih-lebih ketika pada tahun 1963 markas Bn. 324/3 Mei dipindahkan dari Jakarta ke Teluk Jambe, Kerawang – JABAR.

Berhubung para pemrakarsa Persekutuan Jemaat Oikumene dari Bn.324/3 Mei harus ikut bertugas di luar Jakarta yang adalah anggota Tentara yang masih aktif, sehingga praktis kegiatan pelayanan di tengah-tengah persekutuan ini, cepat atau lambat akan mengalami hambatan bila tidak segera di atasi. Oleh karena itu telah diambil langkah-langkah seperlunya dalam rangka keberlangsungan Persekutuan Jemaat Oikumene di daerah Kramatjati dan sekitarnya antara lain :

  1. Tempat kebaktian dipindahkan dari asrama Bn.324/3 Mei Cililitan II ke asrama BS Cililitan I.
  2. Menghubungi Majelis Jemaat GPIB “JATINEGARA” (sekarang Jemaat GPIB “KOINONIA” di DKI Jakarta) dengan tujuan terlayaninya persekutuan Jemaat Oikumene di daerah Kramatjati dan sekitarnya secara tertib dan teratur. Dalam hal inilah para tua-tua Jemaat yakni : Bapak Laoh (alm),Bapak J.J. Latupeirissa (alm), dan Bapak D. Talumantak (alm) yang bukan anggota Bn. 324/3 Mei telah berperan secara aktif mengambil inisiatif agar pelayanan boleh tetap berlangsung.

Ternyata Majelis Jemaat GPIB “JATINEGARA” telah memberi respons positif, yang kemudian menetapkan Persekutuan Jemaat Oikumene di daerah Kramatjati dan sekitarnya ini ditetapkan menjadi wilayah V dari GPIB Jemaat “JATINEGARA” serta menunjuk Bapak Penatua G. Poli yang pada waktu itu adalah anggota Majelis Jemaat GPIB “EKLESIA” di Kalibata telah dipercayakan untuk mengkoordinir seluruh tugas pelayanan utuh. Dengan demikian sejak saat itu persekutuan Jemaat di Kramatjati dan sekitarnya secara organisatoris di bawah tanggung jawab Jemaat “JATINEGARA” di DKI Jakarta.

Mengingat pertumbuhan/perkembangan persekutuan Jemaat wilayah V Kramatjati sedemikian pesatnya, maka Majelis Jemaat GPIB “JATINEGARA” di DKI Jakarta memandang perlu untuk melengkapi para pelayan yang diharapkan dapat bertugas se-optimal mungkin. Oleh karenanya pada tahun 1967 ditetapkanlah para pelayan yang adalah anggota wilayah pelayanan V Kramatjati sebagai anggota Majelis Jemaat GPIB “JATINEGARA”, sebagai berikut ;

Dalam Jabatan Penatua      

1.Bpk.Gerald Poli

2.Bpk.J.K. Wullur (alm)

3.Bpk.Junus Undap (alm)

4.Bpk.J. Mailangkay (alm)

5.Bpk.D.Talumantak (alm)

6.Ibu Poli-Rumagit

7.Bpk.Laoh (alm)

8.Ibu Winokan (alm)

9.Bpk.Winerungan (alm)

10.Bpk.Herman Rey

11.BpkMudeng (alm)

Dalam Jabatan Diaken

1.Bpk.Pauned (alm)

2.Bpk. A.J.Tulenan

3.Ibu Tumbel-Lumentut

4.Bpk.G.Sambur (alm)

Selanjutnya, dalam rangka terciptanya koordinasi pelayanan yang serasi antar Majelis Jemaat GPIB “JATINEGARA” di DKI Jakarta dengan anggota Majelis Jemaat di Wilayah pelayanan V Kramatjati ditetapkan pula Bapak Penatua Gerald Poli menjadi Ketua Koordinator wilayah pelayanan V Kramatjati. Pada bulan September 1968 dalam suatu rapat anggota Majelis Jemaat GPIB wilayah pelayanan V kramatjati telah berhasil dibentuk paduan suara kaum Bapak “NAFIRI” sebagai upaya peningkatan pelayanan dan pembinaan warga Jemaat, dimana Ketuanya adalah Bapak Herman Fredy Lumempouw (alm). Ternyata peranan dari PS Kaum Bapak “NAFIRI” ini sangat efektif sekali, sebab disamping melaksanakan kegiatan paduan suara disetiap peribadahan secara rutin, aktif pula memantau seluruh kegiatan anggota Majelis Jemaat setempat, khususnya yang menyangkut managemen dibidang pelayanan dan keuangan Jemaat.

Setelah GPIB Jemaat “PENABUR” di DKI Jakarta dilembagakan menjadi satu Jemaat otonom pada tahun 1968, maka pada  bulan Pebruari 1969 wilayan pelayanan V GPIB Jemaat “JATINEGARA” di Kramatjati dan sekitarnya diserah-terimakan kepada GPIB Jemaat “PENABUR” di DKI Jakarta yang kemudian oleh Majelis Jemat GPIB “PENABUR” di DKI Jakarta menjadi wilayah pelayan II sedangkan daerah Pasar Minggu, Kalibata, Tebet dan sekitarnya (sekarang GPIB “BUKIT MORIA” merupakan wilayah pelayanan I.

Walaupun kegiatan pelayanan berjalan secara teratur ,namun perkembangan Jemaat tidak menunjukan yang berarti. Faktor bangunan fisik tempat  beribadah telah menjadi penghambat perkembangan Jemaat. Mencermati kondisi tempat beribadah seperti itulah, maka Pengurus PS. Kaum Bapak “NAFIRI” mengambil inisiatif mengadakan rapat Pengurus PS Kaum Bapak “NAFIRI” yang diselenggarakan pada bulan April 1969 dan rapat berhasil menyempati perlunya diusahakan pembangunan gedung gereja yang cukup memadai dan sekaligus mengupayakan adanya pelembagaan Jemaat Wilayah II Kramatjati dari GPIB Jemaat “PENABUR” di DKI Jakarta untuk boleh menjadi Jemaat Otonom yang mandiri. Pelaksanaan Pembangunan gedung Gereja Wilayah II Kramatjati dengan surat Keputusannya nomor pp.448/MD/KD/28/681/HR tanggal 28 Januari  1968.

Ide pelembagaan ini langsung disampaikan oleh majelis Jemaat GPIB “PENABUR” di DKI Jakarta, dengan pertimbangan bahwa sudah 7 tahun sejak tahun 1962-1969 melaksanakan kegiatan berjemaat yang memiliki luas wilayah pelayanan yang sangat luas meliputi daerah kramatjati dan sekitarnya, Pasar Rebo, Cijantung hingga ke daerah Gandaria perbatasan Jakarta-Bogor, belum juga menampakakan adanya perkembangan. Tetapi sayangnya, kurang bahkan cenderung tidak mendapt tanggapan yang semestinya dari Majelis Jemaat GPIB “PENABUR” di DKI Jakarta dengan alasan perlu adanya kesiapan secara seksama terhadap potensi jemaat khususnya di bidang Daya dan Dana wilayah pelayanan II Kramatjati.

III. AWAL DARI SUATU PROSES PELEMBAGAAN

Menanggapi respon dari Majelis Jemaat GPIB “PENABUR” di DKI Jakarta yang terkesan kurang mendukung, telah mendorong pengurus PS. Kaum Bapak “NAFIRI” untuk segera mengadakan rapat kilat. Rapat dihadiri oleh Pengurus Inti dari PS. Kaum Bapak “NAFIRI” yakni Bapak H.F. Lumempouw, Bpk. J.F. Rumagit, Bpk. J. Manembu dan Bpk. L.C. Panekenan. Rapat tersebut kembali mengkukuhkan keputusan yang lalu agar Kaum Bapak terus menggalang dan mempelopori pelembagaan jemaat dan membangun gedung gereja tempat beribadah. Dalam rangka mewujudkan cita-cita tersebut, maka langka awal yang harus di ambil adalah menyelenggarakan ibadah sendiri dengan penuh rasa tanggungjawab dan siap menghadapi segala resiko (konsekuensinya) yang akan terjadi.

Rencana tersebut di sosialisasikan kepada warga jemaat dan ternyata mendapat dukungan yang positif dari mayoritas warga jemaat warga jemaat yang berdomisili  diaserama ex Bn.324/3 Mei Cililitan II Kramatjati  dan sekitarnya juga sebagian warga Jemaat yang berdomisili di asrama BS Cililitan I.

Segala persiapan dilakukan dan semua kebutuhan telah dipenuhi, maka Ibadah Minggu Perdana tanggal 1 Juni 1969 di pindahkan dari asrama BS ke asrama ex Bn.324/3 Mei Cililitan dengan mengambil tempat di kediaman Keluarga J. Manembu blok D.18 dan ibadah dipimpin oleh Bapak Penatua G. Poli. Setelah selesai ibadah dilanjutkan dengan suatu pertemuan warga jemaat untuk meminta masukkan (input), saran serta pendapat dari warga jemaat yang hadir. Pertemuan tersebut dipimpin oleh Bapak H.F. Lumempouw dan Bapak J. B. Tikupadang yang kemudian berhasil menyepakati bahwa dalam rangka pelembagaan, maka sejak tanggal 5 Juni 1969 dan seterusnya akan menyelenggarakan ibadah tersendiri dengan sebutan Jemaat GPIB “NAFIRI” Kramatjati.

Dengan meningkatnya kehadiran warga jemaat pada setiap ibadah hari Minggu, maka setelah dilakukan urun-rembug antar warga jemaat ditetapkanlah bahwa Ibadah Minggu tanggal 22 Juni 1969 dan seterusnya akan dilaksanakan di kediaman keluarga J.J. Latupeirissa Jl.Mandala Kramatjati yang diperkirakan dapat menampung jemaat lebih banyak. Ibadah Minggu 22 Juni 1969 dipimpin oleh Pdt. Soisa (alm) dengan kehadiran warga jemaat yang terbukti bertambah banyak jumlahnya.

Selesai ibadah seperti biasa di lanjutkan dengan pertemuan warga jemaat untuk membahas segala persiapan terutama yang menyangkut persyaratan tentang pelembagaan dan mengantisipasi tantangan dari Majelis Jemaat GPIB “PENABUR” di DKI Jakarta. Pertemuan tanggal 22 Juni 1969 berhasil membentuk suatu Tim Pelembagaaan yang terdiri dengan personalia terdiri atas ;

1.Bapak H. F. Lumempouw

2.Bapak J. B. Tikupadang

3.Bapak Indarto

4.Bapak J. F. Rumagit

5.Ibu Mumu

6.Ibu Netty Suatan-Korompis

Tim pelembagaan tersebut bertugas untuk menghubungi dan berkonsultasi dengan Majelis Sinode GPIB dan menyelesaikan segala persyaratan yang diperlukan sehubungan dengan rencana pelembagaan Jemaat.

Nampak jelas sekali, bahwa aspirasi warga jemaat yang didukung oleh semangat kebersamaan yang tinggi yang sangat merindukan segera terwujudnya satu Jemaat otonom mandiri di daerah Kramatjati dan sekitarnya.

  1. PRESBITER DAN BADAN PEMBANTU MAJELIS JEMAAT GPIB “NAFIRI” DI KRAMATJATI

Selama kurun waktu 7 tahun ( 1962-1969) keberadaan Majelis Jemaat setempat dan Badan Pembantu Majelis Jemaat, seperti Bidang Pelayanan Khusus (sekarang Bidang Pelayanan Kategorial) serta Tim/Panitia Kerja didasarkan hanya pada kebutuhan semata yang sangat mendesak saja, sebagaimana terungkap berikut ini;

4.1.Presbiter non Pendeta (Penatua/Diaken)

Setelah selesai Ibadah hari Minggu tanggal 29 Juni 1969 yang dipimpin oleh pendeta Kolonel H.F. Mamesah (alm) diadakanlah pertemuan warga jemaat GPIB “NAFIRI” di Kramatjati dengan acara pokok “Pemilihan anggota Majelis Jemaat (sementara)” yang akan bertugas sebagai penanggung jawab sepenuhnya atas segala kegiatan pelayanan gerejawi. Anggota Majelis Jemaat GPIB “NAFIRI” yang terpilih adalah;

Dalam Jabatan Penatua 

1.H.F. Lumempouw (alm)

2.Herman Rey

3.Gerald Poli

4.J.B. Tikupadang (alm)

5.J.Mailangkay (alm)

6.L.M.Winerungan (alm)

7.Junus Undap (alm)

8.Jan Frits Rumagit (alm)

Dalam jabatan Diaken

1.Jan Pola (alm)

2.Ny.N.Suatan-Korompis

3.Ny.Elsye Wuaten-Potu

4.Ny.Mamesah-W (alm)

5.Bobby Rantung (alm)

6.F. Makahekung (alm)

7.Ny.Manopo-Ropit

4.2.Bidang Pelayanan Khusus (sekarang Bidang Pelayanan Kategorial)

Sebagai bagian yang tidak terpisahkan selaku mitra kerja, maka peranan bidang pelayanan khusus (BPK) dalam menunjang pelayanan di tengah-tengah persekutuan, pelayanan dan kesaksian sangat diperlukan sekali melalui keberadaan ;

 4.2.1.Persatuan Wanita

Dari catatan yang diperoleh dari nara sumber (Pen.Ny.E.Poli-Rumagit) yang terlibat lang-sung dalam peranannya, maka pembentukkan Persatuan Wanita ternyata lebih awal dari BPK lainnya secara Organisatoris di wilayah V Kramatjati jemaat GPIB “JATINEGARA” di DKI Jakarta.

Pada pembentukkan persatuan wanita dilak-sanakan pada tanggal 25 September 1966 yang diadakan di asrama BS Cililitan I (di tempat ibadah hari Minggu). Pembentukkan PW Je-maat GPIB “JATINEGARA” di DKI Jakarta wi-layah V Kramatjati ini dihadiri oleh Pe-ngurus Cabang BPK PW Jemaat sebagai anggota Dewan Wanita GPIB.

Susunan Pengurus PW wilayah V Kramatjati adalah sebagai berikut ;

-Ketua

-Wakil Ketua

-Sekretaris

-Bendahara

-Anggota

-Penasehat

: Ibu Poli-Rumagit

: Ibu Huwae (alm)

: Ibu Mumu

: Ibu Lemempouw-S (alm)

: Ibu Manopo-Ropit

: Ibu Mailangkay (alm)

: Ibu Tumbel-Lumentut

: Ibu Mamesah-Wenas (alm)

Realisasi kegiatan berupa ibadah perdana dilaksanakan tanggal 1 Juni 1969 di Kel. Manembu dan berlangsung terus sampai kemudian pindah di kediaman Kel.J.J. Latupeirissa Jl. Mandala Kramatjati, yang ditetapkan sebagai tempat Ibadah Minggu dari Jemaat wilayah II Kramatjati dan sekitarnya.

Selanjutnya pada Persidangan Sinode GPIB 1966 (September-Oktober) di Senayan, bersamaan dengan diselenggarakannya Kongres BPK Ibu Poli-Rumagit telah diutus oleh GPIB Jemaat “JATINEGARA” di DKI Jakarta dan terpilih menjadi anggota Dewan Wanita GPIB periode 1966-1970 dan 1970-1974.

4.2.2.Gerakan Pemuda Dari informasi nara sumber (Pen.B.F. Oroh) ternyata kepengurusan Pemuda periode Mei-Oktober 1969 adalah sebagai berikut;

-Ketua

-Wakil Ketua

-Sekretaris

-Wakil Sekretaris

-Bendahara

: F.Makahekung (alm)

: SH Rosang (alm)

: Sdri.Henny Mailangkay

: Ny.Elsye Wuaten-Potu

: Ny.Nontje Pangindo-M

 

 

 

 

 

 

 

Kepengurusan pemuda periode Oktober 1969 – 30 Maret 1970 (pasca Otonomisasi) adalah ;

-Ketua

-Wakil Ketua

-Sekretaris

-Wakil Sekretaris

-Bendahara

: SH Rosang (alm)

: Jobert Mewengkang

: Johny Masinambouw

: Petras Palit

: Ny.N.Pangindo-Manoppo

Para Presbiter, pengurus PW dan GP ini diminta kesediannya untuk membantu Tim persiapan pelembagaan Jemaat GPIB “NAFIRI” Kramatjati. Dalam berbagai pertemuan bersama disepakati bahwa sebagai salah satu syarat mutlak untuk pelembagaan adalah memiliki gedung Gereja yang memenuhi syarat dan adanya rekomendasi dari PHMJ GPIB “PENABUR” di DKI Jakarta.

V.  AWAL PEMBANGUNAN GEDUNG GEREJA.

Dalam mewujudkan cita-cita untuk memiliki gedung Gereja sendiri menjadi kenyataan setelah berhasil membeli sebidang tanah seluas 8,5 x 5 M di wilayah RW.01 Kramatjati (lokasi bangunan gedung Gereja “HOREB” sekarang) dengan harga Rp. 27.500,- pada 31 Juli 1969. Sekalipun panitia pembangunan telah dibentuk, namun dengan dimilikinya sebidang tanah tersebut, maka semangat jemaat untuk secara bergotong-royong membangun gedung Gereja tidak tertahan lagi, tua-muda, laki-perempuan meringankan tangan dan menggulung lengan bajunya bekerja bersama-sama, saling bahu membahu. Partisipasi warga jemaat dalam memberikan bantuannya,baik berupa material semen, batu bata, pasir, genteng sangat besar termasuk didalamnya dana dan daya (tenaga). Pembangunan Gedung Gereja yang bersifat semi permanen ini hanya mengunakan  2 tenaga tukang dan dibantu sepenuhnya oleh unsur kaum Bapak, Ibu-ibu (PW) dan para pemuda (GP) secara bergiliran. Akhirnya pembangunan gedung gereja walaupun masih bersifat semi permanen telah berhasil diselesaikan hanya dengan waktu 21 hari setelah terlebih dahulu diletakkan batu pertama pada tanggal 7 Agustus 1969 oleh Bapak Pendeta H.F. Mamesah (alm).

Pada tanggal 11 September 1969, gedung Gereja ini berhasil pula ditahbiskan Pdt.Kainama sebagai Ketua I Majelis Sinode GPIB ke IX dan saat itu diberi nama “HOREB” (gunung batu di bukit Sinai, Kel. 17:6). Selesai pentahbisan dilanjutkan dengan serah terima gedung gereja “HOREB” sebagai asset GPIB. Berita Acara Serah Terima ini ditanda-tangani oleh Penatua H.F. Lumempouw sebagai Ketua Majelis Jemaat “KRAMATJATI HOREB” di Kramatjati – DKI Jakarta.

Pada Acara Pentahbisan ini dihadiri pula oleh Kolonel G.H. Mantik selaku Kepala Staf Kodam V Jaya (sekarang Jendral Purnawirawan) dan Lurah Kramatjati dan Pdt. Manalu, S.Th sebagai Bimas Kristen Protestan Kanwil Departemen Agama DKI JAYA.

 

VI. HAMBA-HAMBA TUHAN YANG TERPANGGIL MELAYANI

Tidak sedikit hamba Tuhan terpanggil melayani persekutuan jemaat khususnya melayani Ibadah Minggu yang secara kebetulan berdomisili di Wilayah Kramatjati dan sekitarnya. Sejak pentahbisan gedung gereja “HOREB” yang baru dengan pelayan Firman antara lain Pdt.Nn. Femmy Kaunang (sekarang Pdt.Ny.Femmy Kukus-Kaunang) dan dibantu oleh Bapak Pdt.H.F. Mamesah, Pdt. Suisa dan Pdt. E.F. Kembuan.

  1. AWAL DARI JEMAAT OTONOM/MANDIRI

Setelah berbagai persyaratan telah semakin dipenuhi, maka pada bulan Januari 1970, anggota tim pelembagaan yang terdiri atas Pen.H.F. Lumempouw (alm), Penatua J.F. Rumagit (alm) dan Penatua J.J. Latupeirissa (alm) melakukan pertemuan dengan Majelis Jemaat GPIB “PENABUR” di DKI Jakarta. Majelis Jemaat GPIB “PENABUR” di DKI Jakarta siap memberikan rekomendasi sebagai persetujuan pelembagaan dengan catatan nama yang dipergunakan dirubah dari Jemaat GPIB “NAFIRI” menjadi Jemaat GPIB “Kramatjati “HOREB”.

Berbekal rekomendasi PHMJ GPIB “PENABUR”, maka melalui Sidang Majelis GPIB awal bulan Pebruari 1970, maka Jemaat wilayah II Kramatjati GPIB “PENABUR” dilembagakan menjadi Jemaat Otonom dengan sebutan Jemaat GPIB “Kramatjati “HOREB” terhitung tanggal 15 Pebruari 1970 yang dituangkan dalam Surat Keputusan Majelis Sinode GPIB Nomor 284/70/MS/IX tertanggal 14 Pebruari 1978. Untuk melaksanakan kegiatan pelayanan Jemaat GPIB Kramatjati “HOREB” maka Majelis Sinode GPIB mengangkat para Penatua dan Diaken dengan Surat Keputusan Majelis Sinode GPIB Nomor 287/70/MS/IX tertanggal 23 Pebruari 1970 dengan nama-nama  sebagai berikut di bawah ini ;

Dalam Jabatan Penatua

1.H.F.Lumempouw (alm)

2.H.F. Rey

3.J. Undap (alm)

4.J. Mailangkay (alm)

5.J.B. Tikupadang

6.L.M. Winerungan (alm)

7.J.F. Rumagit (alm)

8.Gerald Poli

9. J.J. Latupeirissa (alm)

10.Ny.E.Poli-Rumagit

Dalam Jabatan Diaken

1.Indarto

2.J.P. Pola (alm)

3.F. Makahekung (alm)

4.Elsye Potu

5.Ny.N.Suatan-Korompis

6.Bobby Rantung (alm)

7.Ny.Mamesah-Wenas (alm)

8.Ny.Manoppo-Ropit

 

Jakarta, 1 Pebruari 2002 Tim Penyusun.

Koordinator Sekretaris Anggota

: Penatua J. A. Sambuaga

: Penatua J.S. Basuki

: Penatua B.F. Oroh

: Dkn. Mesak Pajung

: Dkn.Ny.M.R.Napiun-Siahaan